WEDANGAN IKA UNS. ZOOMINAR SERI XX. Rabu, 26 Agustus 2020 Jam 19.30 WIB. Jejak Pengabdian Alumni FIB UNS: REMPAH-REMPAH BUDAYA NUSANTARA. Live Streaming YouTube: https://youtu.be/BnBzu7HXj6I.
Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta kembali mengadakan wedangan tentang rempah-rempah Budaya Nusantara. Kegiatan tersebut berlangsung melalui aplikasi Zoom Meeting dan siaran langsung kanal YouTube pada Rabu (26/8/2020). Wedangan tersebut menghadirkan 6 pembicara yang merupakan alumni Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNS dari berbagai angkatan.
Keenam pembicara tersebut yaitu Gusti Mung, GKR Koes Moertiyah Wandansari, M.Pd. alumni Sastra Jawa 1980, Dr. Restu Gunawan, alumni Ilmu Sejarah 1987, Asih Anggarani, M.Hum. alumni Sastra Indonesia 1987, Dr. Kandar, M.AP. alumni Ilmu Sejarah 1986, Irawati Kusumorasri, M.Sn. alumni Sastra Inggris 1982, dan Drs. Teguh Purwanto, M.Si. alumni Ilmu Sejarah 1982.
Dalam materi pertama yang disampaikan oleh Dr. Restu Gunawan yang saat ini menjabat sebagai Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) membahas mengenai peran pemerintah dalam pengembangan rempah-rempah nusantara.
“Jalur rempah adalah program prioritas Kemendikbud, jadi bagaimana kita melihat masa lalu dan menerawang masa depan. Basisnya route, trace, dan future yang targetnya berlangsung selama 5 tahun. Tahun 2020 target kita awareness, kemudian 2021 engagement, 2022-2023 exitement, dan tahun terakhir yakni buy in,” jelas Restu.
Restu juga menyampaikan bahwa Kemendikbud akan meluncurkan pengembangan digital platform mengenai jalur rempah pada November mendatang. Tidak hanya itu, program lain yang akan dilakukan berupa Karavan Budaya jalur rempah berupa penelusuran jalur rempah.
“Main event kita untuk Karavan Budaya berupa pelayaran mengarungi jalur rempah dari Maluku hingga Eropa. Lalu terdapat event-event pendukung berupa festival nasional dan internasional, festival kesenian, konferensi internasional, residensi budaya, dan banyak lainnya. Inti program ini bagaimana cara memberikan semangat baru tentang kecintaan terhadap bahari,” terangnya.
Sementara itu, narasumber kedua yaitu Gusti Mung, GKR Koes Moertiyah Wandansari, M.Pd. menjelaskan bahwa rempah-rempah merupakan komoditas utama bagi kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia.
“Kalau penggunaan rempah-rempah, sebenarnya hampir setiap hari menggunakan rempah karena di keraton ada budaya mandi rempah. Bisa juga dijadikan ramuan bersama empon-empon seperti tabebuya, kunir asam, dan kemangi,” jelasnya.
Kemudian narsumber berikutnya yakni Irawati Kusumorasri, M.Sn. yang saat ini menjabat sebagai direktur Solo International Performing Art (SIPA) menyampaikan materi tentang rempah-rempah dalam tradisi seni.
“Tradisi seni Jawa sangat lekat dengan ritual yang menggunakan sesaji,” terang Irawati.
Irawati membagi rempah-rempah menjadi 3 macam yaitu rempah-rempah dalam jamu, rempah-rempah untuk kecantikan, dan rempah untuk aroma.
“Jamu yang diminum berkhasiat untuk menjaga Kesehatan, kelangsingan tubuh, dan diharapkan dapat memancarkan aura kecantikan. Lalu rempah-rempah yang digunakan untuk kecantikan dapat dimanfaatkan sebagai lulur, masker, ratus rambut dan badan, parem, dan bebanyon gaharu. Rempah yang dimanfaatkan untuk aroma berupa ratus wangi dan aroma kembang ramping,” lanjutnya.
Narasumber keempat yaitu Drs. Teguh Purwanto, M.Si. yang saat ini menjabat sebagai kepala Pusat Jasa dan Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) membawakan materi tentang PNRI sebagai sumber kepustakaan rempah-rempah.
“Banyak sumber pustaka tentang rempah baik dari buku, peta kuno, maupun manuskrip. Naskah kuno tersebut berupa Kitab Tib atau kitab pengobatan, ramalan, dan usada. Kami juga punya koleksi majalah, koleksi layanan referensi, dan masih banyak koleksi lainnya yang memuat informasi tentang rempah,” jelasnya.
Narasumber kelima yaitu Dr. kandar, MAP., yang saat ini menjabat sebagai Direktur Preservasi Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) membahas mengenai arsip jalur rempah.
“Beberapa contoh arsip tersebut antara lain surat yang ada di Bengkulu tentang 45 kapal yang membawa rempah-rempah pada tahun 1696. Lalu ada juga catatan kastil Batavia tertanggal 2 November 1689 tentang Aceh, dan masih banyak lainnya. Masing-masing catatan tersebut tentu memuat isi yang berbeda-beda karena ditemukan pada tempat yang berbeda pula,” terangnya.
Sebagai narasumber terakhir, Asih Anggraini yang saat ini menjabat sebagai dosen di Unika Atma Jaya Jakarta menjelaskan mengenai pentingnya informasi yang terdapat dalam produk rempah. Hal tersebut bertujuan untuk menaikkelaskan empon-empon atau rempah-rempah.
“Ketika kita menjual produk, kadang kita lupa bahwa kita akan melakukan bisnis dalam waktu panjang. Kita buat masyarakat merasa butuh sehingga mau membeli, kemudian kita bisa berkolaborasi dengan sektor pariwisata. Contohnya di penginapan biasanya hanya disediakan teh dan kopi saja, bisa kita sediakan wedang uwuh, secang, dan ramuan-ramuan lain berupa rempah yang dapat menjadi nilai tambah bagi penginapan tersebut,” pungkasnya. Humas UNS/ Bayu.
https://uns.ac.id/, https://www.instagram.com/uns.official/,
https://twitter.com/11MaretUniv,
https://www.facebook.com/UNSOfficial/,
https://www.youtube.com/c/UniversitasSebelasMaretSurakarta
#uns
#universitassebelasmaret
#unsbisa