Jabatan terakhirnya adalah Kepala Sekolah Perwira Negara Polda Kalimantan Selatan dan Akreditur Utama Divisi Propam Kepolisian Republik Indonesia. Membacanya saja membuat kita bergidik ngeri, membayangkan pribadi yang galak seperti bayangan pada alat penegak hokum pada umumnya. Namun, tidak untuk KOMBES POL. Drs. H. Irianto SH, MH yang di sela-sela kesibukannya bertugas ke Kota Ujung Pandang menyempatkan untuk menerima telepon dari tim penyusun. Sapaan hangat dari pria kelahiran Boyolali, 15 Januari 1962 menyambut kami. Bayangan “menegangkan” yang selama ini dekat dengan profesi dalam bidang kepolisian pun sirna sudah, digantikan dengan percakapan begitu hangat dan bersahabat.
Lulus dari Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kepelatihan (FPOK) pada tahun 1985, demi meraih cita-citanya sejak kecil, beliau melanjutkan pendidikannya ke SEPA POLRI, S1 Hukum UNLAM dan S2 Hukum UNLAM.
“Sejak SMA saya hobi olahraga. Saya juga punya banyak prestasi di bidang olahraga. Oleh sebab itu dulu saya pilih FPOK UNS,” ungkapnya penuh keyakinan. Namun, cita-cita menjadi polisi adalah impiannya sejak kecil. Terdidik di lingkungan kepolisian karena ayahnya yang seorang polisi sejak kecil membuat ia memiliki kecintaan yang sama pada dunia tersebut..
Banyak hal berkesan pada profesinya yang penuh tantangan. Namun salah satu yang tak terlupakan adalah ketika ia menjabat sebagai KABAG SAMAPTA Polri Bogor dan bertugas untuk mengamankan kerusuhan massa sebuah tambang emas di Bogor. Situasi sangat tidak terkendali karena tambang yang telah dikepung massa sehingga amat susah untuk masuk ke lokasi. Pukul empat dini hari saat apel pagi ia menemukan bahwa anggota pasukannya hilang sebanyak empat orang. Setelah melakukan konsolidasi dan pencarian, akhirnya mereka ditemukan bersembunyi pada terowongan sungai karena mengaku terpisah dengan pasukan saat akan dikeroyok massa. Namun sayang, tambang emas tetap tak dapat diselamatkan karena telah habis dibakar massa.
Ia pun menitipkan pesan agar masyarakat terus mendukung kinerja POLRI. Ia menyadari bahwa sebuah keniscayaan ketika kita bertugas di tengah-tengah masyarakat pasti terdapat kekurangan dan khilaf. Namun hal tersebut justru menjadi cambuk bagi POLRI untuk meningkatkan kinerjanya.
“POLRI kan tugasnya menindak kejahatan. Wajar saja kalau ada yang tidak senang ketika sebuah kejahatan terungkap. Sama seperti mahasiswa yang tidak senang ketika diberi banyak tugas oleh dosen. Ha ha ha.” candanya.
Bagi KOMBES POL Irianto, rekam jejak ketika menempuh studi di UNS adalah salah satu bagian yang tidak dapat ia lupakan karena berangkat dari FPOK dengan kondisi zaman dahulu yang masih serba terbatas, akhirnya ia meniti karier hingga kini. Oleh sebab itulah beliau menjadi pemrakarsa reuni FPOK angkatan 80 pada ulang tahun FPOK tahun 2005. Walaupun susah untuk mengumpulkan kawan-kawan seangkatan yang telah berkarier di berbagai kota, namun dari 84 orang tercatat 42 orang yang hadir dalam acara reuni tersebut.
“Bagi saya, menyelenggarakan reuni adalah bagian dari rasa terimakasih saya kepada almamater.”
KOMBES POL Irianto berpendapat bahwa sukses adalah ketika manusia bisa melaksanakan kewajiban kepada Allah SWT dengan sebaiknya-baiknya, serta tak lupa membina hubungan baik kepada sesama manusia dan alam sekitar. “Menjadi manusia cerdas, humanis, banyak kawan bagi saya sudah lebih dari sekadar sukses.”
Ia berharap UNS dapat menjadi kampus terbaik, center of excellent yang dapat menjadi pusat penemuan gagasan-gagasan mutakhir yang dubutuhkan masyarakat dan bangsa ini. Ia juga berpesan pada para mahasiswa UNS bahwa mahasiswa sebagai generasi pilihan yang berkesempatan untuk kuliah harus belajar dengan serius dengan tidak hanya berorientasi gelar. Ia menegaskan bahwa yang penting adalah bukan tentang gelar atau status, namun bagaimana kita dapat mempertanggungjawabkan status yang kita punya. Raih prestasi terbaik, jangan ala kadarnya! Begitu wejangan beliau untuk seluruh almamater UNS.