Sosok ini tak asing lagi, bahwa Ketua umum GK Center, yang juga Tenaga Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Kelik Wirawan merupakan salah seorang alumni FISIP UNS 1988. Tampil sebagai pembicara dalam acara Pelatihan dan Seminar terapan yang mengusung tema “Jiwa Enterpreneurship, Kelola Usaha Hutan dan Lingkungan Hidup untuk Anak Negeri”, di Rimbawan Room, Kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Manggala Wanabhakti, Jakarta Selatan, Rabu (23/8/2017), mengatakan bahwa “ada berbagai potensi yang bisa dimanfaatkan secara maksimal yaitu ragam budaya, sumber daya alam, biodiversity, dan konektivitas”.
“Sektor yang potensial adalah ekowisata, makanan dan minuman, perhotelan, travel dan e-commerce. Hal-hal di atas adalah juga terdapat dalam lingkup kelola hasil hutan dan lingkungan hidup,” ujar Kelik dalam acara pelatihan dan seminar terapan yang digelar oleh Kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dengan menggandeng GK Center.
Dalam kesempatan yang sama, Dea Susantyo, Humas dan Media Relation GK Center menyampaikan bahwa “pelatihan tersebut diperuntukan bagi sahabat-sahabat GK Center yang berjiwa entrepreunership guna memberikan motivasi pada generasi-generasi muda untuk mempunyai jiwa entrepreur tersebut sejak dini”.
Acara tersebut dibuka Menteri LHK Siti Nurbaya, nampak hadir selain sahabat GK Center, juga dihadiri pejabat Eselon 1, 2 dan 3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Hadir sebagai Pembicara Utama yaitu Prof. Johannes Lindner yang didatangkan langsung dari College of Krems, Viena, Austria, DR. (HC) Ir. Ciputra, tokoh handal entrepreunership dan Shinta W. Dhanuwardoyo, CEO/Founder Bubu.com.
“Rasio wirausaha di Indonesia bila dibandingkan dengan sejumlah negara tetangga, masih tergolong rendah. Data BPS menyebutkan, pada 2013/2014 lalu rasio wirausaha di Indonesia masih 1,67 persen. Namun, pada 2016 naik menjadi 3,1 persen”, papar Ciputra.
Lebih lanjut, Ciputra menyatakan bahwa “rasio wirausaha sebesar 3,1 persen itu masih lebih rendah dibandingkan dengan negara lain seperti Malaysia 5 persen, China 10 persen, Singapura 7 persen, Jepang 11 persen maupun AS yang 12 persen. Namun setidaknya sudah di atas batas minimal 2 persen”.
Tokoh handal entrepreneurship yang juga sebagai pendiri Universitas Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC) ini mengatakan bahwa, rasio tersebut harus terus ditingkatkan. Pasalnya, untuk membangun ekonomi bangsa dibutuhkan minimal 2% wirausahawan dari keseluruhan populasi penduduk.
“Kewirausahaan harus terus ditingkatkan karena sangat berkaitan erat dengan tujuan Nawacita yakni mengurangi kemiskinan dan kesenjangan. Kewirausahaan dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan pendapatan yang ujungnya adalah pencapaian target pertumbuhan ekonomi”, alumni FISIP UNS ini memamaparkan.
Menutup paparannya, Kelik menyampaikan bahwa “kewirausahaan yang inklusif seperti UKM secara alamiah mengurangi kesenjangan dengan menciptakan distribusi pendapatan yang merata”.